Senin, 26 Januari 2009

99 Keistimewaan Gus Dur

99 Keistimewaan Gus Dur

Buku Baru[1]
Mantan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah sosok luar biasa sehingga banyak atribut yang dialamatkan kepadanya.
Ia dikenal sebagai seorang intelektual, budayawan, pekerja sosial, pemimpin, ulama dan lain-lain, kata KH. A. Nur Alam Bakhtir seorang ulama yang menulis buku 99 Keistimewaan Gus Dur.
Buku dengan tebal 170 halaman itu ditulis dengan bahasa ringan yang mengupas tentang berbagai misteri Gus Dur yang dihitungnya menjadi 99 keistimewaan. Prof. Dr.K.H. Said Agiel Siradj, MA yang memberikan Kata Pengantar dalam buku tersebut mengatakan popularitas Gus Dur bukan semata-mata karena ia merupakan keturunan darah biru. Popularitas Gus Dur dibentuk melalui proses panjang, dimana ia pernah berorganisasi dan belajar di Mesir, Irak, serta beberapa negara Eropa. Disejumlah negara tersebut, Gus Dur tekun mempelajari berbagai macam pengetahuan, baik yang lahir dari rahim (tradisi) Islam maupun Barat. Perjalanan panjang pendidikan Gus Dur tersebut tentu memberikan kontribusi dalam mempopulerkan nama besarnya.
Pak Kiai, begitu biasa KH. A. Nur Alam Bakhtir dipanggil mengatakan 99 Keistimewaan Gus Dur itu diantaranya, mudah mengenal dan dikenal, banyak berkunjung dan dikunjungi, berani menghadapi tantangan, hapal banyak nomor telepon, mudah ditemu kapan, dimana dan oleh siapapun, mudah diwawancarai wartawan, beberapa pernyatannya tidak mudah diterjemahkan.
Kritis terhadap siapa saja, banyak dikunjungi oleh calon-calon pemimpin, banyak sahabat, banyak juga rivalnya, banyak mengorbitkan tokoh, gigih membela kebenaran tanpa kompromi, tingkah lakunya unik dan khas, sense of humor-nya sangat tinggi, berjiwa pluralis, toleran terhadaop semua agama, sangat ditakuti koruptor, berani melambungkan gaji PNS, menjadi Presiden WCRP, visinya jauh ke depan, sangat piawai memilah-milah persoalan, sangat pemaaf terhadap orang yang mencacinya, sangat teguh memegang prinsip kebenaran, memuliakan ulama dan penebar Islam yang telah wafat, keberaniannya di atas rata-rata.
Selain itu, menurut Bakhtir, sangat tajam indera keenamnya, tidak suka berlebihan dalam hal protokoler, mentan pejabat yang tetap populer, tokoh yang dikagumi dan diikuti, banyak menerima penghargaan, Kyai Catur Yang Handal, konsiten dengan konsep persaudaraan, kezuhudannya teruji, inspirator yang mencerdaskan, sabar menghadapi fitnah, tokoh yang mudah diakses, selalu menjadi bintang dalam berbagai forum, mempunyai bargaining position yang tinggi, mata boleh tidak melihat, tapi hati terbelalak.Gus Dur juga sebagai cendekiawan moralis, tidak terlena oleh pujian, tidak putus asa karena cacian, tulisan dan pidatonya sama-sama menarik, sering diimpikan orang, tokoh idialis yang tetap realistis dan seterusnya sampai 99 keistimewaan, ujarnya.Gus Dur sebagai kyai catur yang handal, menurut Bakhtir, dalam filosofi para kyai di daerah Sunda Jawa Barat ada empat klasifikasi kyai, yaitu kyai tandur, kyai muwur, kyai sembur dan kyai catur.
Kyai tandur adalah kyai yang kegiatan sehari-harinya mengajar santrinya di pesantren maupun di tempat lain. Kyai muwur adalah kyai yang kegiatannya memberi ceramah dan pengajian dari suatu tempat ke tempat lain. Kyai sembur adalah adalah kyai yang memiliki kepandaian mengobati orang sakit. Sedangkan kyai catur adalah kyai yang tidak saja mengerti dan memahami kitab kuning dan ilmu agama secara mendalam, tetapi juga menguasai wawasan ilmu sosial politik. Keempat kategori itu nampaknya ada dalam sosok Gus Dur, kata Bakhtir yang meluncurkan buku 99 Keistimewaan Gus Dur pada tanggal 24 Februari 2008 di Hotel Acacia.
Menurutnya, sebagai aktifis politik, Gus Dur dikenal sebagai pengatur strategi level tinggi yang sangat diperhitungkan oleh lawan-lawan politiknya. Kepiawaiannya dalam membuat manuver politik telah mengantarkannya menjadi Presiden RI ke empat.Gus Dur juga mampu membaca gelagat dan manuver lawan politiknya sehingga tidak mudah dibohongi. Lebih dari itu, Gus Dur mampu membangkitkan dan memperkuat solidaritas masa pendukungnya, ujar mubaligh Jakarta yang juga Ketua Badan Kehormatan (BK) DPRD Provinsi DKI Jakarta ini.
Gus Dur juga menurut Bakhtir memuliakan ulama dan penebar Islam yang telah wafat. Salah satu kebiasaan Gus Dur adalah berziarah ke makam-makam para ulama, para wali dan habaib yang telah berjasa dalam da\'wah dan penyebaran ajaran Islam. Kebiasaan tersebut bukan saj didasarkan atas dalil Naqli berupa hadist Nabi SAW, tetapi juga bertujuan untuk mengambil hikmah dan manfaat yang berdimensi spiritual.Perhatian Gus Dur yang sangat besar terhadap ziarah membuat dirinya mampu menceritakan sejarah para tokoh ulama dan wali. Coba bisa bertanya kepada Gus Dur, bukan saj tentang sejarah walisongo yang sudah sangat populer di masyarakat, bahkan sejarah habib-habib di Jakarta, ujarnya.
Gus Dur juga, kata Bakhtir, mengetahui kuburan habib-habis besar di Masjid Luar Batang, Masjid Kampung Bandan, belakang Masjid Al-Fudlola. Bahkan Gus Dur mengetahui kuburan Si Pitung, tokoh Betawi di Marunda Jakarta Utara, ujarnya.
[1] Diambil dari Harian Pelita, 4 Maret 2008

0 komentar:

Posting Komentar